FORSATER.com – Satelit satria 1 pakai slot orbit 146°BT. Nasib slot orbit 146°bujur timur (BT) yang akan digunakan oleh Satelit Multifungsi Satria 1 dinilai tidak akan seperti slot 123°BT kendati memiliki sistem mitigasi risiko yang lebih baik.
BACA JUGA:
» Satelit Satria 1 Diproduksi di Prancis dan Meluncur 2023
» Data Teknisi Parabola se-Indonesia
» Cara Nonton Piala Menpora di Parabola
» Cara Nonton RCTI, MNCTV dan GlobalTV yang Diacak
Anggota Dewan Profesi dan Asosiasi Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kanaka Hidayat mengatakan risiko pemerintah kehilangan slot orbit 146°BT lebih kecil, dibandingkan kehilangan slot 123°BT. Pemerintah dinilai telah memiliki sejumlah langkah untuk mengantisipasi kondisi tersebut.
“Alasannya, proyek ditanggung pemerintah, sehingga kemungkinan tidak berlanjut jauh lebih kecil karena kebutuhannya sudah jelas untuk program USO [universal service obligation] dan program pemerintah lainnya,” kata Kanaka kepada bisnis.com, Senin (01/03/2021).
Di samping itu, lanjut Kanaka, slot orbit 146°BT juga memiliki filing satelit cadangan, yang dapat diaktifkan jika terjadi suatu hal yang menyebabkan masa berlakunya tidak terpenuhi. Alasan lainnya, pemerintah memiliki rencana cadangan berupa pemanfaatan satelit sementara untuk mengisi orbit (satelit floater) – dengan karakteristik pancaran yang sama- yang diluncurkan sebelum masa berlaku slot orbit habis.
“Memang opsi ini [satelit sementara] menambah biaya, tetapi memastikan slot orbit tidak hilang,” kata Kanaka. Berdasarkan informasi yang diterima Bisnis.com, untuk mengorbitkan satelit floater dibutuhkan dana yang beragam tergantung frekuensi dan berapa lama satelit floater mengorbit. Umumnya dana yang dikeluarkan tidak kurang dari US$10juta untuk 3 bulan.
Dengan dana yang besar tersebut, maka permohonan perpanjangan izin penggunaan slot orbit satelit menjadi langkah yang paling murah untuk menjaga slot orbit satelit.
Sebelumya, Persatuan Telekomunikasi Internasional atau International Telecommunication Union (ITU) meminta pemerintah Indonesia untuk memenuhi sejumlah dokumen sebagai syarat perpanjangan tenggat peluncuran satelit Satria 1.
Beberapa dokumen yang diminta a.l. surat dari pabrikan, revisi rencana implementasi, status pabrikasi satelit, dan lain sebagainya. Perpanjangan tenggat waktu peluncuran dibutuhkan untuk memastikan slot orbit tempat satelit berlabuh nantinya. Slot orbit terbatas sedangkan satelit yang ingin meluncur sangat banyak, sehingga terjadi antrean.
Satelit Multifungsi Satria 1 diklaim memiliki total kapasitas transmisi satelit sebesar 150 GB per detik untuk melayani 150.000 titik layanan publik. Dengan total itu, akan terdapat 150.000 titik layanan publik yang mendapatkan akses internet dengan koneksi sebesar 1 Mbps.
Adapun 150.000 titik layanan publik tersebut terdiri dari 3.700 fasilitas kesehatan; 93.900 sekolah dan pesantren; 47.900 kantor desa dan kelurahan; dan 4.500 titik layanan publik lainnya. Alhasil daerah 3T yang sebelumnya tidak tersentuh internet menjadi kota terdepan yang memiliki jaringan internet.
(teknologi.bisnis.com)