FORSATER.com – Meski usia penyiaran televisi di Indonesia sudah lebih dari 54 tahun, namun ternyata belum ada peringatan khusus sebagai wujud lahirnya televisi di Indonesia. Para petinggi media televisi pun sepakat untuk menciptakan itu.
Baca Juga:
» Penyebab RCTI, GlobalTV dan MNCTV Tinggalkan Ninmedia
» SCTV dan Indosiar Hilang, Ini Solusinya
» Gara-Gara Beli Hak Siar Liga Inggris, Pay TV ini Bangkrut
Gagasan itu disampaikan dalam dialog interaktif bertajuk “Televisi Indonesia Menjangkau Peringkat dan Manfaat”. Acara yang digelar di Gedung Film, Jakarta pada Kamis (31/8/2016) ini digagas oleh Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) dan dibuka secara simbolis oleh Alex Kumara, salah satu tokoh pertelevisian Indonesia.
“Pemerintah sudah mengusulkan 1 April menjadi Hari Penyiaran dan sudah diusulkan sejak tahun 2010. Tanggal itu didasari oleh adanya siaran perdana di solo 16 Juli 1937,” kata Sudarmedi, perwakilan Kementerian Komunikasi dan Informasi yang hadir dalam acara tersebut.
Meski sudah ada usulan, namun perubahan masih mungkin terjadi mengingat munculnya fakta baru yakni radio pertama kali disiarkan tahun 1925 di Bandung. Selain itu, lanjut Sudarmedi, penentuan tanggal tersebut pun masih menyisakan masalah lain yaitu apakah hari televisi mau disamakan dengan hari penyiaran atau berdiri sendiri.
“Kami mempersilahkan pakar dan stake holder membicarakannya. Yang penting kalau tanggal 1 April ditetapkan sebagai hari penyiaran sekaligus hari televisi 1 April, jangan sampai bentrok dengan peringatan hari lain,” papar Sudarmedi.
Seiring berkembangnya teknologi dan majunya media berbasis internet, televisi masih menjadi media yang menjadi tontonan wajib masyarakat Indonesia.
“Televisi sampai sekarang masih jadi jangkauan yang tinggi di masyarakat. Dibandingkan media lain. 94 persen masyarakat Indonesia masih menonton televisi, mengacu pada hal tersebut, kami optimis perkembangan industri televisi masih tinggi. Media televisi sebagai sarana hiburan belum akan ditinggalkan masyarakat sampai 15 tahun ke depan,” Melladine Lubis dari lembaga riset AC Nielsen.
Hal senada juga disampaikan oleh Indah Hari Utari, selaku Direktur Program dan Produksi MNCTV. “Kami tidak pernah takut pamor televisi akan meredup. Sampai 10 tahun ke depan, minimal tahun 2019, kepemirsaan televisi Indonesia masih tinggi,” ujar perempuan yang akrab disapa Uut.
Sementara itu Direktur Utama NET TV Wishnutama menyatakan industri televisi adalah industri yang besar, maka 15 tahun ke depan industri televisi masih berkembang. Kultur menyaksikan konten akan berubah, namun budaya menonton televisi belum akan hilang.
Namun yang menjadi persoalan saat ini menurut Alex Kumara, dengan perkembangan industri penyiaran televisi yang begitu pesat apakah para produser televisi masih bisa kreatif dimana setiap kota hampir rata-rata memiliki 18 stasiun televisi? Seperti misalnya program televisi yang bervariasi dan tidak seragam.
Pertanyaan Alex mendapat sambutan hangat dari Wishnutama. “Menurut saya tidak ada acara yang terinspirasi acara lain. Jadi salah bila menganggap kalau sekarang televisi programnya seragam. Justru konten program teve sudah sangat bervariasi. Bayangkan satu minggu ada 300 program yang programnya tidak seragam. Oleh karenanya stasiun televisi punya program acara sendiri yakni hanya program drama dan 15 persen sisanya diproduksi oleh production house,” pungkas Tama. (inilah)