FORSATER.com – Sepakbola Indonesia hingga saat ini belum memberikan prestasi yang membanggakan masyarakat. Begitu pula kinerja dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Menariknya televisi dinilai memiliki peran dibalik keringnya prestasi Timnas.
Baca Juga:
» DPR Tolak Perpanjangan Izin RCTI, SCTV, TransTV, MetroTV dkk
» Frekuensi Terbaru RCTI, Global TV, MNCTV dan iNewsTV
» SCTV dan Indosiar Hilang, Ini Solusinya
Hal itu terungkap dalam Debat Calon Ketua Umum PSSI 2016-2020, Selasa (04/10/2016). Salah satu panelis Fritz Simanjuntak menegaskan tantangan terberat bagi seorang Ketua Umum PSSI adalah mempopulerkan sepakbola di masyarakat. Apalagi melakukan hal tersebut pada kelompok usia dini.
Ketum PSSI di masa mendatang diminta untuk bisa mengalahkan pengaruh televisi dari keseharian anak-anak. Hal ini dianggap bisa menjadi bagian dari membangun sepakbola yang kuat dan ditakuti lawan.
“Sepakbola harusnya menghibur, tetapi tantangan dari sepakbola ini untuk Ketua Umum (PSSI) mendatang adalah mengajak masyarakat bermain sepakbola,” tutur Fritz dalam acara yang berlangsung di daerah Senayan, Jakarta.
“Berdasarkan survei anak-anak menghabiskan waktu sekitar 1700 jam untuk menonton televisi dan belajar cuma 700-an jam. Kenapa sepakbola tidak mengambil dari sekian banyak waktu yang ada itu. Kalau bisa mengalahkan anak-anak menonton, baru sepakbola bisa maju. Sudah tidak ada lapangan, terus bagaimana cara menarik mereka mau main sepakbola?” ujar pria yang juga merupakan sosiolog dan pengamat olahraga itu.
Pernyataan Fritz Simanjuntak tersebut bukanlah tanpa alasan. Saat ini banyak televisi tanah air lebih memilih menayangkan acara sinetron dan hiburan lain dibandingkan dengan olahraga.
Hal tersebut dibuktikan dengan kecewanya netizen terhadap televisi Indonesia yang tidak menyajikan siaran langsung Olimpiade 2016 Agustus lalu. Netizen mengecam pihak televisi yang tidak menyiarkan aksi lifter Indonesia, Sri Wahyuni yang menyumbangkan medali pertama untuk tim Merah Putih di Olimpiade 2016. (indosport.com)